Anda Hobi Menulis? Kenalan dengan Profesi Content Writer, Yuk!


Apa sih profesi content writer?

Kok kayaknya ngehits banget akhir-akhir ini? Atau saya aja yang baru tahu dan baru tertarik ya? Hahaha. Mungkin. Bisa jadi begitu. Jujur saja, ini hal baru buat saya dan kemudian membuat saya penasaran, dan ingin tahu lebih jauh.
Nah, kalau content writer kan kayaknya orangnya nih. Kita lihat dulu deh yuk, ke aktivitasnya yaitu content writing. Jadi apa itu content writing?
Menurut wikipedia sih begini.
A website content writer or web content writer is a person who specializes in providing relevant content for websites. Every website has a specific target audience and requires a different type and level of content. Content should contain words (key words) that attract and retain users on a website.
Kalau boleh diterjemahkan secara bebas, seorang content writer, atau lebih tepatnya, seorang web content writer adalah orang yang menulis konten-konten yang relevan untuk keperluan ditampilkan di website-website. Setiap website mempunyai target pembaca masing-masing dan memerlukan konten yang sesuai dengan target pembaca tersebut. Sebuah konten harus berisi hal-hal yang mampu menarik pembaca untuk mengunjungi website tertentu.
Jadi kalau dari pengertian conten writter di atas, content writing bisa diartikan sebagai proses penulisan artikel dengan konten yang isinya disesuaikan dengan target pembaca tertentu dari sebuah website tertentu.
Perbedaan Content Writer dan Blogger
Jadi apa bedanya  mengerjakan content writing dengan blogging? Ada beberapa, CMIIW ya. Koreksi kalau ada yang kurang tepat, boleh ditambahin juga kalau kurang akurat 😉
Sudut pandang penulisan
Content writer menulis dari sudut pandang orang ketiga, sedangkan seorang blogger akan menulis dari sudut pandang orang pertama. Sebuah artikel yang ditulis oleh seorang content writer untuk website tertentu, tidak akan menyebut “aku” di sepanjang artikelnya. Sedangkan seorang penulis yang sedang menulis untuk blog, terutama blog pribadi, bisa menyebut mengenai diri sendiri dalam artikelnya, “saya” atau “aku”.
Titik berat isi tulisan
Poin satu di atas terjadi karena blogging cenderung mengungkapkan opini ataupun insight pribadi terhadap masalah tertentu yang dibahas dalam artikelnya. Sedangkan seorang content writer lebih menitikberatkan pada data, statistik ataupun bukti faktual lain, dan kemudian menyajikannya pada pembaca melalui sudut pandang seorang “ahli”. Mengapa saya kasih tanda petik dalam kata ahli? Karena bisa saja sih yang nulis belum ahli-ahli amat, tapi karena didasarkan pada data dan statistik yang bebas opini pribadi itu, tulisannya jadi ‘terdengar’ seperti kata seorang ‘ahli’.
Tone penyuaraan isi tulisan
Tulisan artikel content writer lebih bernada ‘umum’, ketimbang tulisan dalam blog yang bernada ‘personal’. Kalau mau lihat tulisan-tulisan content writer, bisa mencari di web-web portal semacam femaledaily, liputan6, dan lain-lain. Meski sekarang yang lagi ngehits adalah web portal UGC (User Generated Content) –mengenai ini, nanti saya tulis lain waktu- tapi coba lihat dengan blog-blog yang dimiliki oleh para blogger. Tone-nya pasti berbeda. Artikel di web-web portal tersebut mempunyai sudut pandang yang lebih besar, ketimbang blog yang sangat personal.
Nah, itulah keistimewaan seorang content writer.
Mereka bisa menulis sebagai jurnalis, sebagai copywriter, sebagai blogger dan masih banyak lagi. Jadi seorang blogger bisa disebut sebagai content writer? Bisa dong. Kan nulis di blog juga kan nulis konten. Kamu fokus ke konten kan di blog? Atau enggak? Ehehehe. Kalau fokus ke konten, iya, kamu mungkin juga bisa disebut content writer. Barangkali sebentar lagi kamu juga akan ditawari untuk menulis di web lain. Uhuk. Tunggu aja. 😀
Tertarik menjadi seorang content writer? Saya juga. Lah.
Keuntungan menjadi content writer
Berikut beberapa keuntungan menjadi content writer
1. Tulisannya bisa menyebar lebih luas.
Inilah yang biasanya menjadi alasan pertama seorang blogger yang menggeser target menjadi seorang content writer. You know-lah, kalau hanya nulis di blog sendiri kan rasanya cuma ‘jualan di rumah sendiri’ aja kan? Tapi kalau bisa menulis di web lain, apalagi kalau kemudian ada backlink ke blog pribadi, berarti tulisan kita berkesempatan untuk bisa dibaca oleh banyak orang J Iya nggak? Bener nggak tuh, logika saya? Jadi, cyinnn, kita bisa lebih eksis gitu sebagai blogger. Eciyehhh.
2. Menambah pendapatan.
Nah, ada juga content writer yang nggak boleh eksis. Ada. Content-content writer ini disebut sebagai ghost writer. Mereka diminta oleh website tertentu untuk menulis artikel, namun seolah-olah pengurus website itulah yang menulis. Jadi nggak ada kredit untuk si penulis aslinya. Istilahnya, artikelnya dibeli putus. Ya, kalau yang jenis ini sih biasanya buat mendapatkan penghasilan, bukan lagi untuk tujuan eksis. Tapi kalau disebutin, dengan menjadi content writer kita bisa mendapatkan penghasilan dengan mudah sih itu juga nggak bener. Menjadi seorang content writer itu butuh perjuangan juga, vroh. Nggak gampang. Seenggaknya sependek pengalaman saya, seorang content writer harus bisa menulis beberapa artikel sekaligus dalam sehari. Ada bahkan yang minta 10 artikel sekaligus per hari. Jadi, mudah? Nggak sama sekali.
Nah, tertarik untuk menjadi seorang content writer?
Ayo deh, belajar menulis dan membuat konten yang bermanfaat sama-sama.

Komentar

Postingan Populer